[1987] Lancar

Album Lancar
Cantik Munafik - Columbia - Kereta Tua - Kota II - Kuli Jalan - Lancar
Nelayan - Nenekku Okem - Sentuhan - Yakinlah

Cantik Munafik

Iwan Fals Dama Gaok

Dia adalah gadis jelita
Tak pernah banyak tingkah
Didalam kelas dialah ratu
Tak ada bandingannya

Hingga semua murid pria
Banyak yang menggodanya
Sampai pak guru Umar tertarik
Oleh goyang pinggulnya

Aku pun juga malu tak malu
Jatuh cinta padanya
Sembunyi sembunyi kukirim surat
Lewat teman baiknya

Tapi ternyata setelah kuterima
Balasan suratnya
Tak aku duga dari semula
Cintaku ditolak dia

Hei hei hei
Apa sih kekuranganku
Padahal
Banyak orang bilang aku ganteng

Hei hei hei
Apa sih keinginannya
Rumahku megah
Mobilku banyak
Sayang milik orang tua

Ku tak mengerti dia begitu
Membuatku penasaran
Korban yang lain juga berkata
Sama seperti aku

Tapi ternyata ketika kuintip
Tepat di malam minggu
Dia gandengan sama bapakku
Yang kepala tak berbulu

Hei hei hei
Dialah gadis panggilan
Yang masih
Duduk dibangku sekolah

Hei hei hei
Pantesan sedikit susah
Karena dia tahu
Anak sekolah
Tak pernah berkantong basah

Dasar bapakku
Tak tahu malu
Punya hobi meneguk madu

Columbia

Langit nampak murung seperti gelisah
Angin bawa kabar tentang duka
Disana

Lolong anjing malam bawa pertanda
Alam bawa kisah unggas resah beritakan
Tangis

Saat gelombang lahar
Hanyutkan ribuan manusia
Tanpa mau mengerti
Datang tepati janji

Waktu seorang ibu
Belai mesra anaknya
Gemuruhnya petaka
Singkirkan jeritan yang ada

Batu batu telanjang
Menari dinurani
Hancurkan rumah rumah
Hancurkan kedamaian

Colombia Colombia
Colombia Colombia

Sementara kita disini*
Tanpa beban bernyanyi
Sedangkan mereka gundah
Disela ganasnya wabah

Sementara kita disini
Asik cumbui mimpi
Sedangkan mereka disana
Rindukan riuhnya pesta

Ada sekuntum bunga mekar...
Bercengkrama dengan lahar...
Seorang bayi mungil begitu manis menyambut mati...*

Kereta Tua

Hitam warnamu seperti malam *
Kekar roda roda melingkar
Kau kereta lama parkir di stasiun tua

Dulu kakekku pernah cerita
Dia banyak berikan jasa
Saat gejolak perang melanda negeri kita

Kau kereta tua penuh sembunyikan misteri
Waktu pun berlalu orde pun berganti
Oh kereta tua kau nampak semakin asing

Kini dia tak lagi berlaga
Namun masih bisa tertawa
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu *

Kota II

Kota yang kutinggali
Kini tak ramah lagi
Orang orang yang lewat
Beri senyumpun enggan

Disini aku lahir
Disini aku besar
Disini aku merasa
Bodoh

Kota yang kudambakan
Tawarkan kekerasan
Nyeri merobek hati
Tak dapat aku hindari

Sombongnya engkau berjanji
Kau lambungkan anganku
Mimpiku singgah di langit
Kau bohong

Hari ke hari
Waktu ke waktu
Semakin muak
Dengar celotehmu
Durjana

Namun aku tak kuasa
Lepas dari rayuanmu
Roda roda berputar
Menggilas batin dan otakku

Hari ke hari
Waktu ke waktu
Aku menggapai
Menjerit lunglai

Ingin aku lari pergi
Sembunyi tak bernyanyi
Namun kerasnya belenggu
Begitu kuat

Hari ke hari
Waktu ke waktu
Aku terbuai
Oleh janjimu

Otakku yang kini hingar
Akan dengki meraja
Bisakah aku tinggalkan
Entah


Hari ke hari
Waktu ke waktu
Aku menggapai
Menjerit lunglai

Otakku yang kini bising
Akan sirik menggila
Bisakah aku tinggalkan
Entah

Kuli Jalan

Derap langkah
Dan keringat kuli pembuat jalan
Dengan pengki
Ditangan kiri pacul di pundak kanan

Dengus nafasnya
Terdengar keras bagai suara kereta
Keringat mereka
Menyengat aroma penderitaan

Berjalan gontai perlahan
Berbaris bagai tentara
Yang kalah perang

Kerja keras kau lakukan
Walau upah tak berimbang
Bak sapi perahan

Kuli jalan
Kerja siang dan malam
Kuli jalan
Peduli curah hujan
Kuli jalan
Panas tak dihiraukan
Kuli jalan
Upah jauh berimbang
Kuli jalan
Pahlawan terlupakan
Kuli jalan
Menangis di lubang galian
Kuli jalan
Resah di kaki tuan
Kuli jalan
Anak istri menunggu bimbang

Lancar

Sejak palapaku mengorbit ke angkasa
Kemajuan teknologiku semakin menggila
Komunikasipun bertambah mudah
Walau itu jauh di luar kota

Disana sini dan dimana mana *
Terlihat berita tentang pembangunan
Terciptalah kini pemerataan
Bangsaku kini telah dipintu kemajuan

Tinggal semua perlu kesadaran
Jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan
Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Hanya untuk si tuan Polan *

Asal jangan pembangunan
Dibuat kesempatan
Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Bikin resah kaum susah
Asal jangan pembangunan
Bikin mandul hutan gundul
Asal jangan pembangunan
Bikin gendut kulit perut
Asal jangan pembangunan
Bikin subur kaum makmur
Asal jangan pembangunan
Bikin kotor meja kantor
Asal jangan pembangunan
Buat senang cacing cacing

Nelayan

Bocah telanjang dada di pesisir
Tunggu kembalinya bapak tercinta
Yang pergi tebarkan jala disana
Berjuang diatas perahu tunggakan KUD

Ibu dengan kebaya yang kemarin
Setia dari balik dapur menanti
Suaminya telah seminggu pergi
Tinggalkan rumah tinggalkan sejengkal harapan

Langkah waktu lamban *
Bagai kura kura
Ikan ikan datang mimpi

Siang ganti malam
Tetap sabar
Suamipun pulang lelah

Sambil berlari sang bocah hampiri bapak
Tagih janji yang dipesan ketika pergi
Sementara istrinya
Hanya memandang dengan senyum pasti
(Sekilas terlintas hutang hutang yang membelit)

Sang bocah tak peduli
Menangis keras tetap tagih janji

Perahu tunggakan KUD belum terbayar
Belum lagi tagihan rentenir seberang jalan
Nelayan kecil hasil kecil nasibpun kecil
Menjerat jala dihantam kerasnya gelombang
Perahu tunggakan KUD belum terbayar

Hitam hidup *

Nenekku Okem

Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipikok
Di salon lisa asal Rangkasdengklok

Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digulung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagaikan atlet
Napasnya panjang bak napas kuda
Lari Jakarta - Bandung setiap pagi pulang pergi

Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi

Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir hampir setiap menit

Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi hi hi hi hi hi hi hi

Habis ambil pensiun mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang 'up to date'
Kuping pakai headphone badan tak bisa diam
Ikuti tempo 'break dance' tersayang

Persetan orang lihat masa bodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir

Bayar satu bawa tiga
Yang dua mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket

Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem

Sentuhan

Dama Gaok

Lonceng menandakan pukul satu malam tiba
Bisingnya jalan dimuka rumahku tampak semakin reda
Lengking suara kota satu persatu pulas
Dibelai udara malam yang semakin dingin

Kantuk yang kuharap menyergapku tak kunjung datang
Sedangkan malam semakin larut
Sementara dari jauh jelas kudengar
Suara roda kereta menggilas rel semakin keras

Kini aku teringat
Pada desaku yang masih terpencil
Dengan mayoritas petani yang ramah tamah
Bila menyambutku datang dari kota

Sementara saja timbul dibenakku
Aku buat rencana pergi kesana
Dengan kereta kan kujumpa desaku

Sebab aku telah rindu
Bau lumpur sawah
Dan aroma pepohonan

Yakinlah

Iwan Fals & Elly Sunarya

Nyanyikanlah lagu indah
Hanyalah untukku
Saat temaram datang ketuk hati

Tolong kau dendangkan
Usaplah nurani
Agar tak kelam

Sekali lagi kuminta
Coba kau nyanyikan
Semoga dapat kurasa ikhlasmu

Pasti kan kudengar
Pasti kuresapi
Kasih yakinlah

Bukan ku tak mau mengalunkan laguku
Kutakut menyakiti telingamu
Bukan aku enggan memainkan gitarku
Sebab cinta bukan hanya nada

Kalau kita saling percaya
Tak perlu nada tak perlu irama
Berjalanlah hanya dengan diam

Sekali lagi kuminta
Coba kau nyanyikan
Semoga dapat kurasa ikhlasmu

Pasti kan kudengar
Pasti kuresapi
Kasih yakinlah

Bukan ku tak mau mengalunkan laguku
Kutakut menyakiti telingamu
Bukan aku enggan memainkan gitarku
Sebab cinta bukan hanya nada

Kalau kita saling percaya
Tak perlu nada tak perlu irama
Berjalanlah hanya dengan diam
Melangkahlah hanya dengan diam

Album ini dikerjakan Iwan bersama sahabat lamanya yaitu Dama Gaok dan Maman Piul. Hits ‘Lancar’, ‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’ memiliki irama country khas Iwan. Pada lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet dengan Elly Sunarya.

0 komentar:

Posting Komentar