[1987] Wakil Rakyat

Album Wakil Rakyat
Diet - Di Mana - Emak - Guru Zirah - Libur Kecil Kaum Kusam -
Mata Indah Bola Pingpong - PHK - Potret Panen Mimpi Wereng - Surat Buat Wakil Rakyat -
Teman Kawanku Punya Teman

Diet

Iwan Fals / Bagoes A.A.

Susahnya menghadapi godaan
Mencium harum lezat makanan
Rasanya lidah ingin cicipi
Melihat balado kacang dan teri

Kau lupakan semua aturan
Ahli gizi yang tampan
Resiko soal belakang
Asalkan sang perut kenyang

Delapan puluh dua kilogram
Mengundang mata untuk memandang
Menyesal benci pada sang perut
Sedangkan lapar terus menuntut

Jikalau engkau sadar
Nafsu makan dilawan
Bangun tidur pagi buta
Lincahnya senam irama

Seminggu engkau jalani
Nasehat sang ahli gizi
Namun tak lama berselang
Godaan goyahkan iman

Majalah yang sedang engkau baca
Tawarkan resep gulai buaya
Nikmatnya engkau lama berhayal
Tak tahan kau makan tanpa sesal

Di Mana

Iwan Fals / Bagoes A.A.

Sempat aku goyah
Sekejap terjatuh
Didalam arungi perjalanan

Pada kelam hari
Akupun bersujud
Nikmati semuanya tanpa tanya

Kucoba selami
Dalamnya samudera
Ikuti gelombang terjang karang

Tetap tak kudapat
Apa yang ku mau
Hanya bimbang yang singgah dera jiwa
Cakar hati
Penat semakin selimuti

Dimana senyummu
Yang sanggup memberi rasa damai
Dimana belaimu
Yang hangatkan nadiku yang beku

Hampir ku tak kuat
Hampir ku tak mampu
Lewati jalan kering berdebu

Dahaga meronta
Letihku menggila
Namun jarak masihlah
Teramat jauh

Batinku terapung
Bosan ku melangkah
Engkau tetap saja tak bergeming

Otakku berderak
Lontarkan kecewa
Tak mau percaya yang kau janjikan
Pada waktu
Detak jantung semakin melemah

Dimana senyummu
Yang sanggup memberi rasa damai
Dimana belaimu
Yang hangatkan nadiku yang beku

Setetes air
Yang kau beri
Kan berarti bagiku

Seulas senyum
Di sisa hari
Kan berarti bagiku

Emak

Iwan Fals / Bagoes A.A.

Tanpa engkau
Sedikitpun tiada artinya aku
Bagiku kau api
Yang berikan hangat begitu kuat
Pada beku nadi

Tiada dua
Engkau hadirkan cinta tak berahir
Tak kan pernah mampu
Kulukis putihmu lewat lagu
Maafkanlah aku

Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Mungkin masihlah teramat kurang

Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada kita
Kaulah segalanya

Hanya ini
Yang sanggup kutulis untukmu bunda
Jangan tertawakan
Simpan dalam hatimu yang sejuk
Rimbun akan doa

Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas

Kau kisahkan segalanya
Tanpa ada duka
Walaupun air matamu tumpah
Tenggelamkan dunia

Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada jiwa

Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas
Agungnya engkau

Bagai luas laut biru
Batinmu untukku
Selalu ada tempat tuk resahku

Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Sirami jiwaku waktu kecewa
Datang menggoda

Guru Zirah

Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang

Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa

Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah bodi montok

Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he
Tak kan kuat ku berdiri

Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok

Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan
Aku murid kau guru

Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok

Libur Kecil Kaum Kusam

Nikmat kau hisap asap tembakau
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan

Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang
Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus

Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja

Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti

Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun

Tuhan rangkullah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka

Pergilah derita ini hari *

Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu

Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari *

Mata Indah Bola Pingpong

Pria mana yang tak suka
Senyummu juwita
Kalau ada yang tak suka
Mungkin sedang goblok

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku cinta

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Hidungmu yang aduhai

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku puja

Jangan marah kalau kugoda *
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau kuganggu
Sampai kapan pun kurindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku cinta

Aku puja
Kau betina
Bukan gombal
Aku yang gila *

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Hidungmu yang aduhai
Bibirmu yang aduhai
Pipimu yang aduhai
Jidatmu yang aduhai

PHK

Lelaki renta setengah baya
Geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala
Seorang buruh disingkirkan

Bising mesin menyulut resah
Masih bisa engkau pendam
Canda anak istri dirumah
Bangkitkan kau untuk bertahan

Oh yaya Oh yaya Oh Yaa
Oh yaya Oh yaya Oh Yaa

Pesangon yang engkau kantongi
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antar kau ke pintu penjara

Oh yaya Oh yaya Oh Yaa
Oh yaya Oh yaya Oh Yaa

Sedanau nanah dari matamu
Tak mampu jatuhkan hati mereka
Serimba luka didalam jiwa
Juga tak berarti

Hitam benak kini mulai akrab
Hitam benar isi hari harimu

Kau tafakur dibalik jeruji pengap
Kau menjerit coba melawan

Potret Panen Mimpi (Wereng)

Panen tiba petani desa
Memetik harapan
Bocah bocah berlari lincah
Dipematang sawah

Padi menguning lambai menjuntai
Ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu
Irama merdu

Senja datang mereka pulang
Membawa harapan
Pesta pora hama dilumbung
Nyanyikan tralala

Balai reot bambu rapuh
Menyambut tubuh
Penat raga
Sarat peluh luruh

Mata belum sempat pejam
Terbayang cemas
Gaung hama
Semakin mengganas

Surat Buat Wakil Rakyat

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Dikantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan di lotere
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he eh juara hahaha

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam (wakil sahabat)

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu setuju

Teman Kawanku Punya Teman

Kawanku punya teman temannya punya kawan
Mahasiswa terakhir fakultas dodol
Lagaknya bak professor pemikir jempolan
Selintas seperti sibuk mencari bahan skripsi

Kacamata tebal maklum kutu buku
Ngoceh paling jago banyak baca Kho Ping Hoo
Bercerita temanku tentang kawan temannya
Nyatanya skripsi beli oh di sana

Buat apa susah susah bikin skripsi sendiri
Sebab ijazah bagai lampu kristal yang mewah
Ada di ruang tamu hiasan lambang gengsi
Tinggal membeli tenang sajalah

Saat wisuda datang
Dia tersenyum tenang
Tak nampak dosa di pundaknya

Sarjana begini
Banyakkah di negeri ini
Tiada bedanya dengan roti

Menangis orang tua
Lihat anaknya bangga
Lahirlah sudah si jantung bangsa

Aku hanya terdiam
Sambil kencing diam diam
Dengar kisah temanku punya kawan

Album yang musiknya digarap Bagoes A.A. ini meledak dipasaran menjelang pemilu dan menimbulkan kontroversi hebat. Lagu ‘Wakil Rakyat’ yang mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur waktu rapat ditanggapi sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan sempat dicekal tidak boleh ditayangkan di televisi. Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits ‘Mata Indah Bola Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya. Radio-radio meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama beberapa bulan. Juga ada lagu "Potret Panen" yang berkisah tentang bencana hama wereng yang menghabiskan panenan padi petani.

0 komentar:

Posting Komentar