[1988] 1910

Album 1910
1910 - Ada Lagi Yang Mati - Balada Orang-Orang Pedalaman
Buku Ini Aku Pinjam - Engkau Tetap Sahabatku - Ibu - Mimpi Yang Terbeli -
Nak-2 - Pesawat Tempurku - Semoga Saja Kau Benar

1910

Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah

Air mata
Air mata

Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah

Air mata
Air mata

Berdarahkah tuan yang duduk dibelakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa
Aku bosan

Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka luka terobati

Nusantara tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah
Bilakah

Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
(merah darah)
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah

Air mata
Air mata

Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

Pergilah dengan tenang saudaraku
Saudaraku pergilah dengan tenang

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku
Saudaraku

Ada Lagi Yang Mati

Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Depan pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayatnya membusuk
Tutup hidung sesekali meludah

Aku lihat orang menangis
Di selah gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang kubertanya padanya

Rupanya yang mati sang teman
Teman hitam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Sisa darah orang yang mati
Disimpannya didalam hati
Lalu diam seperti batu
Sampai malam sampai semuanya pergi

Depan pasar dekat terminal
Ada lagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Dendam ada dimana mana
Dijantungku dijantungmu
Dijantung hari hari
Dendam ada dimana mana

Dendam
Dendam

Dendam ada dimana mana

Dendam
Dendam
Dendam

Balada Orang-Orang Pedalaman

Balada orang orang pedalaman
Di hutan di gunung dan di pesisir
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka

Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi

Tak tajam lagi tombak panah dan parang
Tak ampuh lagi mantra dari sang pawang
Dimana cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan

Dimana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi

Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan dilangit
Lewatmu kembali

Balada orang orang pedalaman
Yang menari dan bernyanyi
Dihalau bising
Ribuan deru gergaji

Buku Ini Aku Pinjam

Biar tahu biar rasa
Cinta ini milik kita

Di kantin depan kelasku
Disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati
Jalani kisah sembunyi

Di halte itu kutunggu
Senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah
Kita nikmati yang ada

Seperti hari yang lain
Kau senyum tersipu malu
Ketika kusapa engkau
Genggamlah jari genggamlah hati ini

Memang usia kita muda
Namun cinta soal hati
Biar mereka bicara
Telinga kita terkunci

Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap langkah jangan hentikan
Cinta ini milik kita

Buku ini aku pinjam
Kan kutulis sajak indah
Hanya untukmu seorang
Tentang mimpi mimpi malam

Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap langkah jangan hentikan
Cinta ini milik kita

Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap luka jangan hentikan
Cinta ini milik kita

Cinta ini milik kita

Engkau Tetap Sahabatku

Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya merah hitam
Dia menjadi terbuang setelah harapannya dibuang

Bapaknya pegawai kecil kelas sandal jepit
Yang kini didalam penjara sebab bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta selesaikan sekolah

Sahabatku gantikan bapaknya coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati hancurkan sang pembual

Air putih aku hidangkan
Aku dipersimpangan
Aku hitung semua lukanya
Seribu bahkan lebih sejuta lebih

Pagi buta dia berangkat diam diam
Masih sempat selimuti aku yang tertidur
Aku terharu doaku untukmu

Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantalnya
Beri tali jadikan kalung lalu kukenakan
Sekedar mengingatmu kawan yang terus berlari

Selamat jalan kawan
Selamat renangi air mata
Hei sahabat yang terbuang

Engkau sahabatku tetap sahabatku
Engkau sahabatku tetap sahabatku

Engkau sahabatku tetap sahabatku
Tetap sahabatku

Engkau sahabatku tetap sahabatku

Ibu

Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang
Untuk aku anakmu

Ibuku sayang
Masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah

Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu… ibu…

Ingin ku dekat
Dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur
Bagai masa kecil dulu

Lalu doa doa
Baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas
Ibu… ibu…

Mimpi Yang Terbeli

Berjalan di situ
Di pusat pertokoan
Melihat-lihat barang-barang
Yang jenisnya beraneka ragam

Cari apa di sana
Pasti tersedia
Asal uang di kantong cukup
Tentu tak ada soal

Aku ingin membeli
Kamu ingin membeli
Kita ingin membeli
Semua orang ingin membeli

Apa yang dibeli ?
Mimpi yang terbeli
Sebab harga barang tinggi
Tiada pilihan selain mencuri

Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli ?
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga harga itu melambung tinggi ?
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi

Segala produksi ada disini
Menggoda kita untuk memiliki
Hari hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tahu diri sendiri

Melihat anak kecil
Mencuri mainan
Yang harganya tak terjangkau
Oleh bapaknya yang maling

Nak-2

Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar

Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang
Segala sesuatu ada harga karena uang

( ya ya ya ya )

Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang

Sekolahlah biasa saja
Jangan pintar pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu

Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Peduli titel didapat atau titel mukjizat

( ya ya ya ya )

Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi

Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat

Jadilah Durno jangan jadi Bimo
Sebab seorang tenang punya lidah sejuta


Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang
Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik

Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu batu bikin jalanmu terhambat

( ya ya ya ya )

Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sadis apalagi yang berkarat

Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya
Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan

Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi
Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet paham kondisi

Anakku aku nyanyikan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan...Modar

Pesawat Tempurku

Waktu kau lewat
Aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan
Tentang dirimu

Seperti kemarin
Kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja
Bagai pesawat tempur

Hei kau yang manis
Singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona
Sebentar saja hanya sebentar

Rayuan mautku
Tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung
Engkau mengelak

Kalau saja aku bukanlah penganggur
Sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak bilang saja iya
Iya lebih baik daripada kau menangis

Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Oh ya andaikata
Dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang
Yang banyak makan biaya

Oh oh ya andaikata
Dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah
Bukan cuma tersenyum

Kalau hanya senyum yang engkau berikan
Westerling pun tersenyum
Bersinggahlah sayang pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku

Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Beri hamba uang

Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang

Semoga Saja Kau Benar

Berbondong bondong orang cumbui angan
Dibibir pelabuhan
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta
Menuju pulau surga

Selamat tinggal semua
Bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa
Bahkan mimpi pun bawa

Isak tangisan bayi dalam gendongan
Tak buyarkan lamunan
Gaung sirine kapal jangkar diangkat
Segeralah berlayar

Selamat tinggal semua
Bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa
Bahkan mimpi pun bawa

Perlahan lahan kapal jauhi tepi
Malas mengangkut mimpi
Mercu suar dermaga dan burung camar
Mengusap air mata

Selamat jalan kawan
Bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar
Semoga saja kau benar

Iwan mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna musik Iwan berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti biasanya. Iwan seperti mendapat atmosfir baru pada lagu-lagunya yang lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat sambutan positif. Beberapa lagunya meledak dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’ menduduki posisi teratas tangga lagu tidak tergeser selama beberapa bulan di radio-radio, membuktikan bahwa Iwan memiliki nilai jual yang tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar