Benyamin Sueb

Benyamin Sueb (lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret 1939 - meninggal 5 September 1995 pada umur 56 tahun) adalah pemeran, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film. Ia menjadi figur yang melegenda di kalangan masyarakat Betawi khususnya karena berhasil menjadikan budaya Betawi dikenal luas hingga ke mancanegara. Celetukan muke gile,buaya darat,kucing kurap,musang utan ,kampret lu ! pasti mengingatkan masyarakat pada Benyamin Sueb, seniman Betawi serba bisa yang sudah menghasilkan kurang lebih 75 album musik, 53 judul film serta menyabet dua Piala Citra ini.

Sejak kecil, Benyamin Sueb sudah merasakan getirnya kehidupan. Bungsu delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah. kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun. Karena kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya. Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai "imbalan".

Penampilan Benyamin kecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Benyamin disenangi teman-temannya. Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak. Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung, pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat - menurunkan darah seni itu dan Haji Ung (Jiung) yang juga pemain teater rakyat di zaman kolonial Belanda.

Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat orkes kaleng. Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan "alat musik" itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu. Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh), tercatat hanya Benyamin yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.

Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya.
SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng. Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, "Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!" Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran.
Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi tidak tamat. Benyamin mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. "Tergantung kondisi," kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya.

Ia akhirnya menjadi pedagang roti dorong. Pada 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima. "Tidak ada pilihan lain," katanya. Pangkatnya cuma kenek, dengan trayek Lapangan Banteng - Pasar Rumput. Itu pun tidak lama. "Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu," tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Kabur, daripada diusut.

Baru setelah menikah dengan Noni pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin kembali menekuni musik. Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy. Benyamin nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.

Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan yang "serius" diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).

Dari berkesenian, hidup Benyamin (dan keluarganya) berbalik tak lagi getir. Debutnya Si Jampang, mengalir setelah itu Kompor Mleduk belakangan dinyanyikan ulang oleh Harapan Jaya, Begini Begitu (duet Ida Royani), Nonton Bioskop (dibawakan Bing Slamet) dan puluhan lagu karya Benyamin yang lain.

Tidak puas dengan hanya menyanyi, Benyamin lalu main film. Diawali Honey Money and Jakarta Fair (1970) lalu mengucur deras puluhan film lainnya. Seniman yang suka "mengomel" bila melawak ini menjadi salah satu pemain yang namanya sering digunakan menjadi judul film. Selain Benyamin tercatat diantaranya Bing Slamet, Ateng, dan Bagio. Judulnya, antara lain Benyamin Biang Kerok (Nawi Ismail, 1972), Benyamin Brengsek (Nawi Ismail, 1973), Benyamin Jatuh Cinta (Syamsul Fuad, 1976), Benyamin Raja Lenong (Syamsul Fuad, 1975), Benyamin Si Abunawas (Fritz Schadt, 1974), Benyamin Spion 025 (Tjut Jalil, 1974), Traktor Benyamin (Lilik Sudjio, 1975), Jimat Benyamin (Bay Isbahi, 1973), dan Benyamin Tukang Ngibul (Nawi Ismail,1975).

Dia juga main di film seperti Ratu Amplop (Nawi Ismail, 1974), Cukong Blo"on (Hardy, Chaidir Djafar, 1973),Tarsan Kota (Lilik Sudjio, 1974), Samson Betawi (Nawi Ismail, 1975), Tiga Janggo (Nawi Ismail, 1976), Tarsan Pensiunan (Lilik Sudjio, 1976), Zorro Kemayoran (Lilik Sudjoi, 1976). Sementara Intan Berduri (Turino Djunaidi, 1972) membuat dirinya, dan Rima Melati, meraih Piala Citra 1973.

Benyamin juga membuat perusahaan sendiri bernama Jiung Film - diantara produksinya Benyamin Koboi Ngungsi (Nawi Ismail, 1975) - bahkan menyutradarai Musuh Bebuyutan (1974) dan Hippies Lokal (1976). Sayang, usahanya mengalami kemunduran, dan PT Jiung Film dibekukan tahun 1979.

Benyamin tidak selalu menjadi bintang utama di setiap filmnya. Seperti layaknya semua orang, ada proses dimana . Benyamin "hanya" menjadi figuran atau paling mentok menjadi aktor pembantu. Dalam hal ini, paling tidak ada dua nama yang patut disebut, yaitu Bing Slamet dan Sjuman Djaya. Walau sudah merintis karir sebagai "bintang film" lewat film perdananya, Banteng Betawi (Nawi Ismail,1971) yang merupakan lanjutan dari Si Pitung (Nawi Ismail, 1970), tetapi kedua nama besar itulah yang mempertajam kemampuan akting Benyamin.

Dalam "berguru" dengan Bing Slamet, Benyamin tidak saja bekerja sama dalam hal musik - seperti dalam lagu Nonton Bioskop dan Brang Breng Brong. Tapi dalam hal film pun dilakoninya. Terlihat dengan jelas, di film Ambisi (Nya Abbas Acup, 1973) -sebuah "komidi musikal" yang diotaki oleh Bing Slamet - Benyamin menjadi teman sang aktor utama, Bing Slamet menjadi penyiar Undur-Undur Broadcasting. Di film ini, sudah terlihat gaya "asal goblek" Benyamin yang penuh improvisasi dan memancing tawa. Di sini, dia berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Tukang Sayur. Tetapi, sebenarnya, setahun sebelumnya, Benyamin juga diajak ikutan main Bing Slamet Setan Djalanan (Hasmanan, 1972). Karena itulah, saat sahabatnya itu wafat pada 17 Desember 1974, Benyamin tak dapat menahan tangisnya. Dengan Sjuman Djaya, Benyamin diajak main Si Doel Anak Betawi (Sjuman Djaya, 1973). Dirinya menjadi ayah si Doel, yang diperankan oleh Rano Karno kecil. Perannya serius tapi, seperti stereotipe orang Betawi, kocak dan tetap "asal goblek".

Adegan terdasyat film ini adalah saat pertemuan antara abang-adik yang diperankan oleh Benyamin dan Sjuman Djaya sendiri, terlihat ketegangan dan kepiawaian akting keduanya yang mampu mengaduk-aduk emosi penonton. Talenta itu direkam oleh ayah dari Djenar Maesa Ayu dan Aksan Syuman, dan dua tahun kemudian Benyamin pun main film sekuelnya, Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975). Kali ini Benyamin menjadi bintang utamanya, dan meraih Piala Citra.

Yang menarik, lebih dari dua puluh tahun kemudian Rano Karno membuat versi sinetronnya. Castingnya nyaris sama: Rano sebagai Si Doel, Benyamin sebagai ayahnya - selain theme song-nya dan settingnya yang hanya diubah sedikit saja. Lagi-lagi Benyamin menjadi aktor pendukung, tapi kehadirannya sungguh bermakna.

Sebenarnya ada satu lagi film yang dirinya bukan aktor utama, tetapi sangat dominan bahkan namanya dijadikan subjudul atawa tagline: Benyamin vs Drakula. Film itu adalah Drakula Mantu, karya si Raja Komedi Nyak Abbas Akub tahun 1974. Film bergenre komedi horor itu "memaksa" Benyamin beradu akting dengan Tan Tjeng Bok, si aktor tiga zaman.
Begitulah, meski beberapa kali pernah tidak "menjabat" sebagai aktor utama, tetapi kehadirannya mencuri perhatian penonton saat itu.

Penyanyi Beneran

Tahun 1992, saat sibuk main sinetron dan film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) Benyamin mengutarakan keinginannya pada Harry Sabar, "Gue mau dong rekaman kayak penyanyi beneran." Maka, bersama Harry Sabar (alm), Keenan Nasution, Odink Nasution, dan Aditya, jadilah band Gambang Kromong Al-Haj dengan album Biang Kerok. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.

Inilah band dan album terakhir Benyamin. "Di lagu itu, entah kenapa, Ben menyanyi seperti berdoa, khusuk. Coba saja dengar Ampunan," jelas Harry waktu itu, sang music director. "Mungkin sudah tahu kalau hidupnya tinggal sebentar," imbuhnya. Memang betul, setelah album itu keluar, Benyamin sakit keras, dan rencana promosi ditunda dan tak pernah lagi terwujud kecuali beberapa pentas.

Di album ini, Benyamin menyanyi dengan "serius". Tetapi, lagi-lagi, seserius apa pun, tetap saja orang-orang yang terlibat tertawa terpingkal-pingkal saat Benyamin rekaman lagu I"m a Teacher dan Kisah Kucing Tua dengan penuh improvisasi. Sementara lagu Dingin Dingin Dimandiin dan Biang Kerok bernuansa cadas. Dan Ampunanmu kental dengan progressive rock, diantaranya nuansa Watcher of the Sky dari Genesis era Peter Gabriel. Yang menarik, masih menurut Harry, saat Benyamin menonton Earth, Wind, and Fire di Amerika - saat menjenguk anaknya yang kuliah di sana - dia langsung komentar, "Nyanyi yang kayak gitu, asyik kali ye?", dan nuansa itu pun hadir di beberapa lagu di album itu, salah satunya dengan sedikit sentuhan Lady Madonna dari The Beatles.

bens
Djangkrik Genggong
benyamin sueb
Dul Dul Jak
benyamin
Indehoi
bens
Kompor Meleduk
bang bens
Ngibing
benyamin sueb
Steambath
benyamin s
Gambang Kromong
bang bens
Apanya dong
bens
Bens
benjamin
Bens & Ida
bang bens
Rock & Blues
Benyamin S
Patjaran

Awal karier

Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

Duet dengan Ida Royani

Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.

Gambang kromong

Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.

Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).

Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran. Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.

Paska duet dengan Ida Royani

Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya "Nenamu" dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.

Dunia film

Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Akhir karier

Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Haj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.

Kontribusi terhadap gambang kromong

Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular. Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.

Meninggal dunia

Benyamin yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Benyamin dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat mempengaruhi hidupnya.

Pendidikan

  • Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (1951-1952)
  • SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955)
  • SMA Taman Siswa, Jakarta (1958)
  • Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
  • Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
  • Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)

Pengalaman kerja

  • Kondektur PPD (1959)
  • Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
  • Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
  • Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
  • Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)

Penghargaan

  • Piala Citra 1973 dalam film Intan Berduri (Turino Djunaidy, 1972) bersama Rima Melati
  • Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975)
  • Jalan Landas Pacu Kemayoran diubah menjadi namanya. Hal ini menyebabkan nama Jalan atas namanya lebih panjang daripada nama Jalan Engkongnya Haji Ung.

Keluarga

Benyamin menikah dua kali. Pertama dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama). Hj. Nonnie memberinya lima anak:

  • Beib Habbani
  • Bob Benito
  • Biem Triani
  • Beno Rahmat
  • Beni Pandawa

Sedangkan anak - anak dari isteri kedua, Alfiah, adalah :

  • Bayi Nurhayati
  • Billy Sabila
  • Bianca Belladina
  • Belinda Syahadati

Diskografi

Solo
Kancil Kesasar/Kue Onde (Mesra Records) Tukang Becak (Remaco) Mak Minta Makan Mak (Remaco) Martabak (Insan Record)
Si Jampang (Melodi Record) Terus Turun (Remaco) Anak Sekarang (Remaco) Ngibing Betawi (Varia Nada Utama)
Oom Senang (Mesra Record) Steambath (Remaco) Blues Kejepit Pintu (Remaco) Cintaku Berat di Ongkos (Virgo Ramayana Records)
Brang Breng Brong (Diamond Record) Dul-Dul Tjak (Mutiara Records) Bul Bul Efendi (Irama Tara) Assoy (Ben's Records)
Jangkrik Genggong (Mutiara Record) Patjaran (Indah Records) Kicir-Kicir (Remaco) Duit (Mutiara Records)
Apollo (Indah Records) Ngupi (Remaco) Makan (Remaco) Bayi Tabung (Insan Records)
 Tukang Tuak (Undah Records) Nyari Kutu (Indah Records) Main Congklak (Irama Tara) Mat Codet (Irama Asia)
Nonton Pecoen (Remaco) Tukang Loak (Indah Records Ketemu Bayi Tabung (Irama Tara) Tua-Tua Komersiel (Gesit Records)
Keluarga Gila (Remaco) Ngibing (J&B) Soraya (Fila Records) Telepon Umum (Purnama Records)
Tukang Sado (Remaco) Maredel (Remaco) Telepon Cinta (Insan Record/RCA) show all...
Duet
Indehoy bersama Rossy (Mesra Records) Si Mirah Jande Marunde bersama Ida Royani (Indah Records) Cinta tak Terbatas bersama Ida Royani (Remaco) Muhammad Ali bersama Herlina Effendy (Remaco)
Tukang Solder bersama Rossy (Diamond Records) Yang Paling Enak bersama Ida Royani (Dian Records) Aturan Asyik bersama Ida Royani (Remaco) Sumur Pompa bersama Herlina Effendy (Remaco)
Es Tape bersama Rossy (Indah Records) Dunia Terbalik bersama Ida Royani (Dian Records) Ketemu Lagi bersama Ida Royani (Remaco) Raport Merah bersama Herlina Effendy (Remaco)
Tukang Loak bersama Lilis Suryani (Remaco) Anak Bapak bersama Ida Royani (Remaco) Jampang and His Wife bersama Inneke Kusumawati (Remaco Apanya Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
Ngelamar bersama Rita Zahara (Indah Records) Di Sini Aje bersama Ida Royani (Remaco) Janda Kembang bersama Inneke Kusumawati (Remaco) Dicoba Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
Tukang Duren bersama Rita Zahara (Indah Records) Item Manis bersama Ida Royani (Remaco) Semut Jepang bersama Inneke Kusumawati (Remaco) Tukang Sate bersama Beno Benyamin (Remaco)
 Tukang Kridit bersama Ida Royani (Indah Records) Tukang Tape bersama Ida Royani (Irama Mas) Monyet Nangkring bersama Inneke Kusumawati (Remaco) more ...
Siapa Punya bersama Ida Royani (Indah Records) Perkutut bersama Ida Royani (Remaco) Dokter bersama Inneke Kusumawati (Mutiara)
Begini Begitu bersama Ida Royani (Indah Records) Lampu Merah bersama Ida Royani (Remaco) Mancing Lindung bersama Herlina Effendy (Remaco)
Tukang Delman bersama Ida Royani (Indah Records) Lampu Merah II bersama Ida Royani (Remaco) Cong-Cong Balicong bersama Herlina Effendy (Remaco)

Lawak

  1. Warung Jakarte (ABC Records)
  2. Bergurau dan Bernyanyi Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  3. Paling Enak Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  4. Sepak Bola Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  5. Gepeng Menantu Benyamin bersama Srimulat (Pratama Records)

Kompilasi

  1. Parade 68 (Mesra Records)
  2. Tak Mau Dimadu (Remaco)
  3. Dunia Masih Lebar (Remaco)
  4. Ke Pantai Florida (Mutiara)
  5. Kompal Kampil (Remaco)
  6. Pijitin (Remaco)
  7. Artis JK Records (JK Records)
  8. In Memoriam Benyamin S (Musica Studio)
  9. Juki (Musica Studios)

Soundtrack

  1. Akhir Sebuah Impian (Musica Studios)
  2. Koboi Ngungsi (Remaco)
Filmografi
1970 Honey Money and Jakarta Fair
1971 Dunia Belum Kiamat (Nya' Abbas Akup),Hostess Anita (Matnoor Tindaun),Brandal-Brandal Metropolitan,Banteng Betawi (Nawi Ismail)
1972 Bing Slamet Setan Djalanan (Hasmanan),Angkara Murka (Chaidir Rachman),Intan Berduri (Turino Djunaidy),Benyamin Biang Kerok (Nawi Ismail)
1973 Si Doel Anak Betawi (Sjumandjaja),Akhir Sebuah Impian (Turino Djunaidy),Jimat Benyamin (Bay Isbahi),Biang Kerok Beruntung (Nawi Ismail),Percintaan (Pietrajaya Burnama),Cukong Blo'on (C.C. Hardy),Ambisi (Nya' Abbas Acup),Benyamin Brengsek (Nawi Ismail),Si Rano (Motinggo Boesye),Bapak Kawin Lagi (Lilik Sudjio)
1974 Musuh Bebuyutan (Benyamin Sueb),Ratu Amplop (Nawi Ismail),Benyamin Si Abu Nawas (Fritz G. Schad),Benyamin Spion 025 (Tjut Jalil),Tarzan Kota (Lilik Sudjio),Drakula Mantu (Nya' Abbas Acup)
1975 Buaya Gile (Syamsul Fuad),Benyamin Tukang Ngibul (Nawi Ismail),Setan Kuburan (Daeng Harris),Benyamin Koboi Ngungsi (Nawi Ismail),Benyamin Raja Lenong (Syamsul Fuad),Traktor Benyamin (Lilik Sudjio),Samson Betawi (Nawi Ismail)
1976 Zorro Kemayoran (Lilik Sudjio),Hipies Lokal (Benjamin Sueb),Si Doel Anak Modern (Sjumandjaja),Tiga Jango (Nawi Ismail),Benyamin Jatuh Cinta (Syamsul Fuad),Tarzan Pensiunan (Lilik Sudjio),Pinangan
1977 Sorga (Turino Djunaid),Raja Copet (Syamsul Fuad),Tuan, Nyonya dan Pelayan (Nawi Ismail),Selangit Mesra (Turino Djunaidy)
1978 Duyung Ajaib (Benyamin Sueb),Dukun Kota (Syamsul Fuad),Betty Bencong Slebor (Benyamin Sueb),Bersemi di Lembah Tidar (Franky Rorimpandey)
1981 Musang Berjanggut (Pietrajaya Burnama)
1983 Tante Girang Sama Gilanya (Nawi Ismail)
1984 Dunia Makin Tua / Asal Tahu Saja
1988 Koboi Insyaf / Komedi lawak '88 (Syamsul Fuad)
1992 Si Kabayan Saba Kota

Program TV

  • Benjamin Show TPI (1993-1995)
  • Glamor TVRI (1994-1995)

Sinetron

1994

  • Mat Beken

1995

  • Si Doel Anak Sekolahan
  • Begaya FM

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Gud

Anonim mengatakan...

cool

Posting Komentar